@inggaaaRez

Sabtu, 29 Desember 2012

Antologi Untuk Suami Tercinta

Mind Resistance - Berapa banyak orang ingin membunuh karaktermu? Mengolok olok idealismu? Menjatuhkan namamu? Tapi ketulusan niat itulah yang akan selalu menjaga langkah dakwahmu. Banyak anak muda masih menginspirasikan dirimu, jangan kecewakan mereka, karena mereka adalah amanah dari Allah. Teruslah bergerak dan menatap ke depan..jangan hiraukan para ‘komentator sepakbola’, karena kamu adalah PEMAIN bukan PENGAMAT yang paling berbahaya salah satunya adalah, ketika musuh sebenarnya bukan orang yang kau anggap musuh. tapi justru mereka yang berselimut teman seperjuangan. namun tanpa kau sadari mereka sengaja menciptakan penyudutan situasi, setelah mereka menyadari kelemahan dan kekurangan dari setiap semangat yang ada pada dirimu. hingga kemudian dari itu mereka memikirkan cara atau sekedar menunggu kau terpleset. saat itu, mereka seketika berubah lebih mengerikan dari kumpulan serigala yang siap menerkammu yang mereka anggap sendirian
sepertinya ini adalah waktu yg tepat unt menuliskan surat cinta untmu, sekali lagi kau babak belur demi kelangsungan dakwah teman2mu. Kau begitu lantang membongkar semua yang selama ini tertutupi hingga seorang yang ammahpun menjadi bangun dan bisa melihatnya dengan jelas.
Tidak akan ada prestasi untmu sayang, tidak ada medali yg akan dikenakan dilehermu. Tp kau akan mendapatkan sesuatu yg lebih besar dari semua itu yakni imunitas iman dan aqidahmu akan semakin melejit jika kau bisa benar2 ikhlas karena Alloh.
Karenanya jangan terpancing dengan orang-orang yang sengaja memancingmu. Bermainlah dengan halus seperti suri tauladan kita Muhammad Rosululloh..
Bukan disana jalanmu, bukan disana medan dakwahmu bermuara. Biarkan mereka yang meneruskan perjuangan, tugasmu hanya mendobrak pintu yang terkunci..sekarang pintu itu sudah terbuka dan mereka bisa dengan mudah memasukinya.
Pulanglah sayang, disini kami menunggumu..disini, dijalan ini mereka menunggumu. disini, dibawah tiang 2 listrik, dibawah kolong jembatan, di pelataran trotoar jalan raya, di panggung yg bukan sandiwara mereka yang lebih membutuhkanmu. Bukan mereka-mereka yang sudah tahu arti berbusana, baju koko dan jilbab syar’i. mari sayang pegang tanganku erat, mari kita ke jalan itu, jalanmu yang dari dulu kau berada disana bersama teman2 perjuanganmu.
Aku tahu hari itu kau begitu bahagia, melihat kami..anak-anakmu begitu riang. Aku tahu, hari itu kau sangat bersyukur kepada Alloh, melihat kami anak-anakmu tak kekurangan sesuap nasi dan berebut lauk-pauk yang sebenarnya cukup bahkan lebih. Aku tahu kau begitu puas bisa mencukupi kebutuhan kami, memberikan apa yang kami inginkan. Aku tahu, kau begitu bangga dengan prestasi- prestasi kami sehingga tak ada satupun permintaan kami yang kau larang.
Sayangku..
Sudah cukup semua itu bagi kami, jika hari ini kau tak sanggup lagi memberikan itu semua kepada kami, sungguh..tidak akan pernah kami marah dan membencimu. Sungguh tidak ada permintaan lagi dari kami kecuali kesabaranmu. Mungkin kau sedang jenuh sekarang atau..kau sedang berpikir untuk keluar dari ujian ini. Dan kenyataannya kau telah memenangkannya
Abuya….
izinkan aku memelukmu dan menghapus airmatamu, walau hanya itu yang bisa kuberikan saat ini. Aku tahu doa saja tidak cukup untuk membuatmu melebarkan senyum dengan ikhlas, aku hanya bisa berusaha sekeras mungkin untuk mengembalikan senyummu yang pernah hilang. Kini keceriaan selalu menghiasi Dhuha, keutuhan keluarga menjadi penghiburan terbaik. Dan kau kian dalam bercinta dengan Pena. Catat Jurnalmu, dan sampaikan berita berita kebenaran itu kepada Umat ini.
Doakan kami juga ya Abuya..doakan kami anak-anakmu agar kami bisa mengganti semua peluhmu yang dulu kau suguhkan kepada kami, bahwa semua itu akan selalu jadi inspirasi kami kelak dihari yang akan datang..

sumber ://http://www.thufailalghifari.com/?p=273

Tidak ada komentar:

Posting Komentar